Flash Fiction

‘Serpih – Aku, Kamu dan Dia’

1
Sebetulnya aku sudah bosan. Bosan dengan keadaan seperti ini. Kita selalu bersama, tapi tak bisa saling mencinta.

2
Aku selalu mencintaimu. Kalau kamu ?

3
Aku bosan mendengar ceritamu tentangnya. Tentang seringnya kamu disakiti tapi kamu masih mencintai. Baca lebih lanjut

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

‘Bahagia itu Sederhana’

Awalnya kita bukan apa-apa, menjalani aktivitas masing-masing seperti biasa. Tak menyangka kita saling mencinta, tapi sayang diantara kita tak ada yang berani memulainya.

Mungkin sebuah hal yang wajar bila aku tak berani memulainya. Aku ini wanita. Bukankah pria yang seharusnya memulainya ? Mungkin mengungkapkan rasa, misalnya.

Sampai tiba saatnya, kamu mengumpulkan segala tenaga dan daya upaya untuk memulai mengungkapkan sebuah rasa.

Sebentar, ini kenapa tulisanku selalu berakhiran ‘a’ ? Sudahlah lupakan saja.

Baca lebih lanjut

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

‘Ini Hanya Lelah’

Tak perduli semangat menyapaku pagi ini. Ini aku bukan menyerah atau sedang menangis. Hanya saja aku lelah… Ya hanya lelah.

Pagi ini hujan rintik-rintik mengguyur kotaku.
Hey awan hitam, apa kau sedang menangisi keadaanku ? Atau kau hanya menghina kalau aku ini cengeng, suka nangis ?.

Hey, sudah aku katakan, aku tidak menangis, aku hanya lelah.
Bukan ini bukan air mata tangisan. Ini tadi aku hanya kelilipan debu pasir ketika ku buka jendela kamarku.
Ayolah aku ini tidak menangis.
Percayalah, aku hanya lelah
Sudah cukup. Jangan memojokkan-ku, apa perdulimu terhadap ku ? Kau hanya awan hitam. Ingat itu ! Baca lebih lanjut

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

‘Kesalahan Besar’

Kesalahan besar adalah ketika hatimu mulai ada rasa, namun mulut kehilangan nyalinya.

Kesalahan besar adalah ketika jatuh cinta, berusaha memendamnya. Seolah-olah tak terjadi apa-apa.

Kesalahan besar adalah berpura-pura baik-baik saja ketika ada yang menggandeng tangannya. Baca lebih lanjut

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

‘Rasanya Melelahkan’

Pertama kali melihatmu saja, dadaku serasa ada yang ingin meledak. Seharusnya kita ini seperti ombak yang di pantai selatan, saling berkejaran memadu cinta. Tapi sayangnya kenal dan dekat saja tidak.

Melelahkan itu adalah berpura-pura baik-baik saja ketika yang kubisa hanya menikmati indahnya kamu dari jendela kelasku. Melelahkan itu adalah berpura-pura baik-baik saja ketika melihat tanganmu ada yang menggandengnya dengan erat. Melelahkan itu adalah menghirup molekul-molekul O2 yang bermuatan rindu, namun tetap berpura-pura baik-baik saja dengan hal itu. Jika ada waktu seharusnya kamu mencoba merasakannya betapa melelahkannya hal itu. Baca lebih lanjut

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

‘Hati’

Semuanya sibuk. Seperti biasa gerakan-gerakan peristaltik sudah dilakukan oleh usus sejak tadi pagi. Namun temannya, hati menghiraukannya dari tadi. Hari ini memang agak berbeda, dia tidak melakukan tugasnya seperti menetralisir racun-racun dalam tubuh, dia malah ‘berpikir’ yang mana  itu adalah tugas otak. Dia selalu berpikir semua hal tentang kamu. Dia juga bisa ‘berbicara’, padahal itu tugas si mulut. Dia selalu berbicara bla bla bla bla… tentang kamu.

Apa kamu juga tahu kalo dia juga bisa bernafas ? Memang bernafas adalah tugas hidung, paru-paru dan kawan-kawannya. tapi yang jelas, dia bisa.

Hati juga bisa bernafas. Menghirup  O2 yang telah ada di sekelilingnya. menghirup molekul-molekul O2 yang bermuatan ‘rindu’.

Hati bisa melakukan apa saja. Berpikir, bicara, bernafas, mendengarkan, membaca dan apa saja… ya apa saja yang berhubungan dengan ‘kamu’.

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

‘Klorofil atau Awan Hitam ?’ -satu

Benarkah sekarang hari-harimu lebih indah ? apakah itu tanpa aku ?. Sekiranya itu benar maka sinarmu akan lebih hangat tanpa aku.

Hey, cobalah katakan apa yang harus aku lakukan ! masih tetap di sampingmu atau pergi ? Baca lebih lanjut

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

‘I Just Run’

Siapa yang tak mau pergi ke luar negeri dengan cuma-cuma alias gratis ?

Siapa yang tak ingin mewakili negaranya untuk bertanding di ajang Internasional ?

Siapa yang tak ingin menang dalam sebuah perlombaan besar seperti ‘olimpiade’ ?
semua atlet pastilah menginginkannya.

ya itulah yang terjadi pada Eko, Kuncoro, Mustafa dan aku. kami berempat mewakili negara kami untuk ikut serta unjuk gigi dalam perlombaan akbar tersebut. Jujur sebelumnya aku belum pernah keluar negeri. Ini adalah yang pertama kalinya. Baca lebih lanjut

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.