‘Ini Hanya Lelah’

Tak perduli semangat menyapaku pagi ini. Ini aku bukan menyerah atau sedang menangis. Hanya saja aku lelah… Ya hanya lelah.

Pagi ini hujan rintik-rintik mengguyur kotaku.
Hey awan hitam, apa kau sedang menangisi keadaanku ? Atau kau hanya menghina kalau aku ini cengeng, suka nangis ?.

Hey, sudah aku katakan, aku tidak menangis, aku hanya lelah.
Bukan ini bukan air mata tangisan. Ini tadi aku hanya kelilipan debu pasir ketika ku buka jendela kamarku.
Ayolah aku ini tidak menangis.
Percayalah, aku hanya lelah
Sudah cukup. Jangan memojokkan-ku, apa perdulimu terhadap ku ? Kau hanya awan hitam. Ingat itu !

Sudahlah jangan menyudutkanku. Ok, baiklah aku mengakuinya. aku menangis…

Aku sudah mengakuinya. Sudah puas dengan pengakuanku ?
Belum ? Kenapa belum puas ? Kau ini hanya segumpal awan hitam, apa perdulimu terhadap ku ?.

Tidak, kau salah. ini aku bukan menyerah. Aku hanya lelah, sudah kubilang khan tadi. Biar ku perjelas ‘aku tidak menyerah’. Paham !.

Sudahlah jangan menyudutkanku lagi…

Ok ok, aku mengaku, aku tidak menyerah. Aku hanya saja hampir menyerah… ya hampir.

Sudahlah, aku sudah menjawab semua pertanyaan mu yang menyudutkan itu. Bahkan sekarang kamu pun belum menjawab pertanyaanku.

hey kau… ya kau awan hitam, jangan pergi !
hey.. hey kamu belum menjawab pertanyaanku.

hey gerimis, cegah temanmu itu agar tidak pergi !
Oh tidak, kamu juga jangan pergi… jangan ! Sial.

Hey awan putih, kamu tahu perginya awan hitam ?
Kenapa kau bilang tidak tahu ?
Bukankah kau temannya ?
Ok baiklah, jika kau bertemu dengannya tolong sampaikan pertanyaanku yang belum ia jawab tadi, “apa kau sedang menangisi keadaanku ? Atau kau hanya menghina kalau aku ini cengeng, suka nangis ?.”

dan juga ini “apa perdulimu terhadap ku ?”

Ya itu saja. Terimakasih awan putih. Semoga hari-hari mu indah.

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

Navigasi pos

Tinggalkan komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.