‘Bahagia itu Sederhana’

Awalnya kita bukan apa-apa, menjalani aktivitas masing-masing seperti biasa. Tak menyangka kita saling mencinta, tapi sayang diantara kita tak ada yang berani memulainya.

Mungkin sebuah hal yang wajar bila aku tak berani memulainya. Aku ini wanita. Bukankah pria yang seharusnya memulainya ? Mungkin mengungkapkan rasa, misalnya.

Sampai tiba saatnya, kamu mengumpulkan segala tenaga dan daya upaya untuk memulai mengungkapkan sebuah rasa.

Sebentar, ini kenapa tulisanku selalu berakhiran ‘a’ ? Sudahlah lupakan saja.

Aku tahu waktu itu. Kamu mencoba agar mulutmu tak kehilangan nyalinya. Perempuan bodoh namanya jika tak menerima cintamu.Dan terang saja aku bukanlah perempuan bodoh itu.

Sebulan, kita baik-baik saja,bukan ? Semakin mesra malah. yang ku ingat malam itu hanyalah kamu beri kejutan di hari ulang tahunku, yah meski cuman cipratan jutaan partikel tepung dan beberapa butir telur ayam negeri saja, namun setiap detailnya aku simpan dalam otak-ku dengan baik. Menjadikannya file video berformatkan HD yang bisa kuputar kapan saja ketika aku ingin.
Baik itu berlama-lama atau hanya kuputar sebentar saja.

Aku suka apapun tentang kamu. Percayalah, tak ada habisnya jika aku menulis tentang ‘kamu’ atau ‘kita’. kalau itu video, mungkin butuh ruang penyimpanan berjuta-juta gigabytes.

Aku juga selalu suka momen-momen ketika aku sibuk bercerita bla..bla..bla.. tentang hal apapun dan kamu hanya mendengarkan… Ya kamu menjadi pendengar terbaik-ku.

Kita semakin dekat saja. Bertemu, bercanda dan bercerita seenaknya dan sekenanya. Terkadang kita ini seperti anak kecil. Berangan-angan mencoba menembus ruang dan waktu seakan-akan kita tahu masa depan.

Tentang bagaimana hijau rumah yang bakal kita kerjakan dengan sederhana.

Tentang bagaimana cara kita bahagia nantinya.

Tentang berapa jumlah anak kita nanti dan beberapa khayalan-khayalan konyol lainnya. Sampai-sampai suatu ketika kamu menghayal mempunyai 11 anak dan ingin membentuk tim kesebelasan sepak bola dan ketika itu suasana menjadi pecah oleh gelak canda tawa kita. Haha… lagi-lagi kita ini seperti anak kecil. Dua anak kecil yang selalu berbahagia.

Bagian yang harus selalu ku lalui di dalam bahagia adalah menjaga kesetiaan, karena bahagia itu menurutku sederhana, kamu dan aku menua bersama.

Selamat malam Pelangi Terindahku…

 

 

———————————————————-

Terinspirasi dari salah seorang sahabat bernama  ‘Karina Dwi Agma’ dan beberapa hal yang menginspirasi lainnya.

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

Navigasi pos

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.