Author Archives: yudha lumping

About yudha lumping

Loncat, makan beling, kesurupan, pecut pecut cetarrr *aduh dari spesies baru yaitu yudha lumping mencoba sukses dalam dunia entertain edan "kuda lumping" dan gagal, karena loncat tidak lebih dari 30 cm, tidak suka makan beling dan tidak bisa kesurupan. it's all about me.

“Ulang Tahun”

13288042551380127030Ada yang ulang tahun hari ini. Tapi saya akui saya bukan tipe orang romantis jadi tak mengerti harus kasi apa ke dia. Kasi baju ? Ahh takutnya malah kebesaran atau kekecilan. Kasi duit ? Dia ga suka duit.
Kasi cinta ? Ahh itu sudah tiap hari selalu saya beri.
nah terus ? Baca lebih lanjut

Categories: Serba Serbi | Tinggalkan komentar

“Sekuat Baja”

Karena pandangan membawa kesan. Mereka yang tak tahu menganggapnya sekuat baja. Padahal rapuh. Yang mereka lihat hanyalah bungkusnya saja. Begitulah manusia. Selalu terjebak dalam pandangan mata. Tidak bagi pengguna rasa. mereka selalu lebih peka.

Setidaknya anggapan mereka adalah “sekuat baja”. jadi kerapuhan tak terlihat. Apa salahnya berpura-pura kuat dengan harapan suatu saat nanti menjadi benar-benar kuat “sekuat baja” Baca lebih lanjut

Categories: Serba Serbi | Tinggalkan komentar

‘Serpih – Aku, Kamu dan Dia’

1
Sebetulnya aku sudah bosan. Bosan dengan keadaan seperti ini. Kita selalu bersama, tapi tak bisa saling mencinta.

2
Aku selalu mencintaimu. Kalau kamu ?

3
Aku bosan mendengar ceritamu tentangnya. Tentang seringnya kamu disakiti tapi kamu masih mencintai. Baca lebih lanjut

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

‘Bahagia itu Sederhana’

Awalnya kita bukan apa-apa, menjalani aktivitas masing-masing seperti biasa. Tak menyangka kita saling mencinta, tapi sayang diantara kita tak ada yang berani memulainya.

Mungkin sebuah hal yang wajar bila aku tak berani memulainya. Aku ini wanita. Bukankah pria yang seharusnya memulainya ? Mungkin mengungkapkan rasa, misalnya.

Sampai tiba saatnya, kamu mengumpulkan segala tenaga dan daya upaya untuk memulai mengungkapkan sebuah rasa.

Sebentar, ini kenapa tulisanku selalu berakhiran ‘a’ ? Sudahlah lupakan saja.

Baca lebih lanjut

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

‘Ini Hanya Lelah’

Tak perduli semangat menyapaku pagi ini. Ini aku bukan menyerah atau sedang menangis. Hanya saja aku lelah… Ya hanya lelah.

Pagi ini hujan rintik-rintik mengguyur kotaku.
Hey awan hitam, apa kau sedang menangisi keadaanku ? Atau kau hanya menghina kalau aku ini cengeng, suka nangis ?.

Hey, sudah aku katakan, aku tidak menangis, aku hanya lelah.
Bukan ini bukan air mata tangisan. Ini tadi aku hanya kelilipan debu pasir ketika ku buka jendela kamarku.
Ayolah aku ini tidak menangis.
Percayalah, aku hanya lelah
Sudah cukup. Jangan memojokkan-ku, apa perdulimu terhadap ku ? Kau hanya awan hitam. Ingat itu ! Baca lebih lanjut

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

‘Kesalahan Besar’

Kesalahan besar adalah ketika hatimu mulai ada rasa, namun mulut kehilangan nyalinya.

Kesalahan besar adalah ketika jatuh cinta, berusaha memendamnya. Seolah-olah tak terjadi apa-apa.

Kesalahan besar adalah berpura-pura baik-baik saja ketika ada yang menggandeng tangannya. Baca lebih lanjut

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

“Kembali”

Perasaan akhir-akhir ini saya selalu posting beberapa tulisan yang berkategori blitz fiction. Memang saat ini saya lebih tertarik pada cerita-cerita fiksi, puisi, wayang dan beberapa hal yang berhubungan dengan hal tersebut.

Yang namanya lagi tertarik pada suatu hal pasti nggak pernah ada bosannya, betul ? Kali ini postingan saya bukan tentang cerita fiksi lagi. Bukan karena bosan, akan tetapi mencoba untuk ‘kembali’ ya seperti judulnya. kembali menulis apa yang terjadi di keseharian. Tapi kali ini nggak bakal melucu yang seperti biasanya.

sebetulnya nggak ada yang heboh sih. Ya sperti biasalah keseharian saya kali ini adalah menghabiskan waktu dengan tugas-tugas ospek yang geulis pisan, membuat beberap Baca lebih lanjut

Categories: Uncategorized | Tinggalkan komentar

‘Rasanya Melelahkan’

Pertama kali melihatmu saja, dadaku serasa ada yang ingin meledak. Seharusnya kita ini seperti ombak yang di pantai selatan, saling berkejaran memadu cinta. Tapi sayangnya kenal dan dekat saja tidak.

Melelahkan itu adalah berpura-pura baik-baik saja ketika yang kubisa hanya menikmati indahnya kamu dari jendela kelasku. Melelahkan itu adalah berpura-pura baik-baik saja ketika melihat tanganmu ada yang menggandengnya dengan erat. Melelahkan itu adalah menghirup molekul-molekul O2 yang bermuatan rindu, namun tetap berpura-pura baik-baik saja dengan hal itu. Jika ada waktu seharusnya kamu mencoba merasakannya betapa melelahkannya hal itu. Baca lebih lanjut

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

‘Hati’

Semuanya sibuk. Seperti biasa gerakan-gerakan peristaltik sudah dilakukan oleh usus sejak tadi pagi. Namun temannya, hati menghiraukannya dari tadi. Hari ini memang agak berbeda, dia tidak melakukan tugasnya seperti menetralisir racun-racun dalam tubuh, dia malah ‘berpikir’ yang mana  itu adalah tugas otak. Dia selalu berpikir semua hal tentang kamu. Dia juga bisa ‘berbicara’, padahal itu tugas si mulut. Dia selalu berbicara bla bla bla bla… tentang kamu.

Apa kamu juga tahu kalo dia juga bisa bernafas ? Memang bernafas adalah tugas hidung, paru-paru dan kawan-kawannya. tapi yang jelas, dia bisa.

Hati juga bisa bernafas. Menghirup  O2 yang telah ada di sekelilingnya. menghirup molekul-molekul O2 yang bermuatan ‘rindu’.

Hati bisa melakukan apa saja. Berpikir, bicara, bernafas, mendengarkan, membaca dan apa saja… ya apa saja yang berhubungan dengan ‘kamu’.

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

‘Klorofil atau Awan Hitam ?’ -satu

Benarkah sekarang hari-harimu lebih indah ? apakah itu tanpa aku ?. Sekiranya itu benar maka sinarmu akan lebih hangat tanpa aku.

Hey, cobalah katakan apa yang harus aku lakukan ! masih tetap di sampingmu atau pergi ? Baca lebih lanjut

Categories: Flash Fiction | Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.